Sabtu, 26 Maret 2011

Robot-robot Ampuh yang Melawan Radiasi

Para pekerja, yang bertahan di PLTN Fukushima, Jepang yang rusak akibat gempa dan tsunami, menghubungkan jaringan transmisi untuk memulihkan pasokan listrik ke reaktor nuklir nomor 3 dan 4.

 Di tengah krisis nuklir yang terjadi di Jepang, robot-robot ampuh berunjuk gigi dan siap melawan radiasi. Beberapa robot didatangkan khusus dari Australia, Amerika Serikat, dan Perancis guna mengatasi permasalahan terkait reaktor di Fukushima.
Mau tahu apa saja robot-robot itu? Ini dia daftarnya:
1. Monirobo (Monitoring Robot)
Monirobo didesain untuk bekerja di lingkungan dengan level radiasi yang terlalu tinggi bagi manusia. Robot seberat 600 kg ini memiliki lengan manipulator untuk menyingkirkan rintangan dan mengambil sampel. Selain itu, robot ini juga dilengkapi detektor radiasi, kamera 3 dimensi, serta sensor temperatur dan kelembaban.
Robot setinggi 1,5 meter ini dikembangkan oleh Pusat Keselamatan Teknologi Nuklir Jepang dan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang setelah peristiwa kecelakaan nuklir Tokaimura pada tahun 1999. Mampu bergerak dengan kecepatan 2,4 km/jam, robot ini memiliki pelindung anti-radiasi yang diperlukan untuk melindungi sensor dan peralatan elektronik yang dimilikinya.
2. Rainbow 5
Robot ini merupakan robot pertama produksi Tokyo Fire Department. Diperkenalkan pada tahun 1986, robot ini sebenarnya merupakan robot penyemprot air dan digunakan saat situasi kebakaran terlalu berbahaya bagi manusia. Robot ini membantu menyemprotkan air dengan selang sepanjang 800 meter langsung ke kolam bahan bakar bekas di reaktor nomor 3 selama 13 jam.

3. 510 Packbots dan 710 Warriors
Kedua robot tersebut dikembangkan oleh iRobot Corporation of Bedford di Massachusetts. Robot ini bisa bergerak lebih lincah daripada Monirobo. Keduanya mampu menaiki tangga, bahkan Warrior mampu menarik selang. Kelemahan dua robot tersebut adalah tak memiliki lapisan pelindung radiasi.


4. ERASE, EROS, dan ERELT
ERASE, EROS, dan ERELT adalah robot-robot yang dikembangkan oleh INTRA (Groupe d'INTervention Robotique sur Accidents). Ketiga robot tersebut khusus dirancang untuk mengatasi kecelakaan nuklir. ERASE memiliki berat 6 ton dan memiliki manipulator hidraulis yang kuat. Adapun EROS dikhususkan untuk operasi di dalam ruangan. Sementara itu, ERELT merupakan robot radio relay yang bisa dikontrol dari jarak beberapa kilometer. Pengiriman robot ini dibatalkan karena Jepang mengatakan belum memerlukannya.

Kamis, 24 Maret 2011

SNSD- Oh! lyric


[All] jeone aldeon naega anya
Brand New Sound
Saerowojin nawa hamkke
One More Round
Dance Dance Dance You'll be wrong This Time
Oppa oppa I'll be I'll be Down Down Down Down

[Seohyun] oppa najom bwa nareul jom barabwa
[Tiffany] cheoeum iya ireon nae maltu Ha! 
[Yuri] meorido hago hwajangdo haetneunde
[Jessica] wae neoman nareul moreuni

[Taeyeon] dugeun dugeun gaseumi tteollyeowayo
Jakku jakku sangsangman haneun georyo

[Sooyoung] eotteohge hana kotdae nopdeon naega
[Yoona] malhago sipeo

[ALL] Oh Oh Oh Oppareul saranghae
Ah ah ah ah manhi manhihae
[Sunny] sujubeuni jebal utji mayo
[Taeyeon] jinsim ini nollijido marayo
[All + Taeyeon(loud voice)] Tto babogateun mal ppunya

[All] jeone aldeon naega anya
Brand New Sound
Saerowojin nawa hamkke
One More Round
Dance Dance Dance To Me Promise Town
Oppa oppa I'll be I'll be Down Down Down Down

[Jessica] oppa jamkkanman jamkkanman deureobwa
[Sunny] jakkuhan yaegineun malgo
SNSD Oh lyrics found on http://www.lyricsty.com/snsd-oh-lyrics.html
[Sooyoung] dongsaengeuroman saenggakhajineun mara
[Hyoyeon] ilnyeondwimyeon huhoe halgeol
[Tiffany] molla molla nae mameun jeonhyeo molla
Nunchieoptge jangnanman chineungeoryo

[Hyoyeon] eotteohge hana I cheoreoptneun sarama
[Seohyun] deureobwa jeongmal

[ALL] Oh Oh Oh Oppareul saranghae
Ah ah ah ah manhi manhihae
[Yuri] sujubeuni jebal utji mayo
[Yoona] jinsim ini nollijido marayo
[All] tto geureomyeon nan uljido molla

[All] jeone aldeon naega anya
Brand New Sound
Mwonga dareun oneulmaneun tteugeoun nan
Down Down ireojima hwaman na
Oppa oppa idaeroneun NoNoNoNo

[Jessica] Tell me boy boy love it it it it it ah! 

[All] Oh Oh Oh Oppareul saranghae
Ah ah ah ah manhi manhihae
Oh Oh Oh Oh Oh Oh Oh Oppareul saranghae
Ah ah ah ah ah ah ah ah manhi manhihae

[Taeyeon] tto babo gateun malppunya

[All] Oh Oh Oh Oh
Ah ah ah ah
Oh Oh Oh Oh Oh Oh Oh Oppareul saranghae
Ah ah ah ah ah ah ah ah manhi manhihae
Oh Oh Oh Oh Oh Oh Oh Oppareul saranghae
Ah ah ah ah ah ah ah ah manhi manhi Oh


SNSD – Gee Japanese Version Lyrics ( Japanese ) + Romanized


Uh-Huh! Listen Boy! My First Love Story
(U-Uh-Huh U-Uh-Huh Yeah)
My Angel (Ha-Ah) & My Girls (Ha-Ah)
My Sunshine Uh Uh Let’s Go
やめちゃえ いっそ嫌な事なんて
全速力 回避せよ
Gee Gee Gee Gee Baby Baby Baby
Gee Gee Gee Gee Baby Baby Baby
Oh パステルネイル ナチュラルメイク
ゆるふわカール 恋発生よ
Gee Gee Gee Gee Baby Baby Baby
Gee Gee Gee Gee Be Be Be Be Be Be
独り言 女心 辛い辛い? ひんしゅくだわ
チクタクチクタク タイムラインが気持ちを静めてく
もう溺れちゃいそうよ もう手遅れかもよ うそ! ちゃんと連れ出して
やばっ チンチャ チンチャ ホントは No No No No No
やっぱ めっちゃ めっちゃ 気になる Oh Oh Oh Oh Oh
ほら チョア チョア このまま Gee Gee Gee Gee Gee
恋したいの Oh Yeah 愛したいの Oh Yeah Yeah Yeah
Oh 衝撃的 展開デート
連絡待ち 応答せよ
Gee Gee Gee Gee Baby Baby Baby
Gee Gee Gee Gee Baby Baby Baby
間違いないっしょ 恋愛の順序
つなげて急遽 バイブレーション
Gee Gee Gee Gee Baby Baby Baby
Gee Gee Gee Gee Be Be Be Be Be Be
メッセージ ダイレクトに 明確で 恐縮だわ
チクタクチクタク ライフラインが そろそろピンチかも
息できないくらい ドキドキするなんて うそ! いつも 想定外
やば チンチャ チンチャ ホントは No No No No No
やっぱ めっちゃ めっちゃ 気になる Oh Oh Oh Oh Oh
ほら チョア チョア このまま Gee Gee Gee Gee Gee
恋したいの Oh Yeah 愛したいの Oh Yeah Yeah Yeah
世界中の奇跡を集めたら
(U-Uh-Huh U-Uh-Huh Yeah)
最初で最後の君に出会えたよ
確信的だから 離れないでしょ
やば チンチャ チンチャ 本気で No No No No No
やっぱ めっちゃめっちゃ 虜よ Oh Oh Oh Oh Oh
ほら チョア チョア 見つめて Gee Gee Gee Gee Gee
恋してんの Oh Yeah 愛したいの Oh Yeah
やば チンチャ チンチャ あくまで No No No No No
また めっちゃめっちゃ 記憶で Oh Oh Oh
ほら チョア チョア 教えて Gee Gea Gee Gee Gee
恋してんの Oh Yeah 愛したいの Oh Yeah Yeah Yeah
Tiffany – Jessica – Taeyeon – Seohyun Sooyoung Sunny – Yoona– Hyoyeon Yuri
Uh-Huh! Listen boy, My first love story
My angel, and my girls
My sunshine
Uh! Uh! Let’s go!

yamechae isso yana koto nante
zensokuryoku kaihi seyo

Gee gee gee gee Baby baby baby
Gee gee gee gee Baby baby baby
Oh pasuteru neiru nachuraru meiku
yuru fuwa kaaru koi hasseiyo

Gee gee gee gee Baby baby baby
Gee gee gee gee Be- be- be- be- be- be-
(hitori goto) onna gokoro (zure zurei) hinshuku dawa
(chiku-taku chiku-taku) taimu rain ga
(Sunny YoonA) kimochi wo shizu meteku
mou obore chai souyo
mou te okure kamoyo, USO!
chan to tsure dashite

yaba chincha chincha honto wa, No no no no no!
yappa meccha meccha ki ni naru, Oh oh oh oh oh!
hora chowa chowa kono mama, Gee gee gee gee gee
koishitai no (Oh yeah!) aishitai no (Oh yeah yeah yeah)
Oh shougeki teki tenkai deeto
renraku machi outou seyo

Gee gee gee gee Baby baby baby
Gee gee gee gee Baby baby baby
machi ga inaissho renai no junjo
tsunagete kyuukou baibureeshon
Gee gee gee gee Baby baby baby
Gee gee gee gee Be- be- be- be- be- be-
(messeejidairekuto ni (meikaku dekanshuku dawa
(chiku-taku chiku-takuraifu rain ga
(SeoHyun HyoYeon) soro soro pinchi kamo
iki dekinai kurai
doki doki suru nante, USO!
itsumo soutei gai

yaba chincha chincha honto wa, No no no no no!
yappa meccha meccha ki ni naru, Oh oh oh oh oh!
hora chowa chowa kono mama, Gee gee gee gee gee
koishitai no (Oh yeah!) aishitai no (Oh yeah yeah yeah)
sekai juu no kiseki wo atsumetara
saisho de saigo no kimi ni deaetayo

(TaeYeon Jessica) kakushin teki dakara hanare naidesho
yaba chincha chincha honki de, No no no no no!
yappa meccha meccha toriko yo, Oh oh oh oh oh!
hora chowa chowa mitsumete, Gee gee gee gee gee
koishiten no (Oh yeah!) aishitai no (Oh yeah yeah yeah)
yaba chincha chincha akuma de, No no no no no!
mata meccha meccha giwaku de, Oh oh oh oh oh!
hora chowa chowa oshiete, Gee gee gee gee gee
koishiten no (Oh yeah!) aishitai no (Oh yeah yeah yeah)


Kehidupan Di kota Tokyo

Japan girls




Suasana saat hujan


]









Tokyo girls


Tokyo Couple





















Lapak di tokyo








Sabtu, 12 Maret 2011

Merasakan Gempa Terburuk di Jepang


 Junanto Herdiawan, warga Indonesia di Jepang yang juga penulis Kompasiana, menuliskan pengalamannya merasakan gempa dahsyat disusul tsunami yang terjadi Jumat kemarin. Karyawan Bank Indonesia itu mengatakan bahwa gempa kemarin itu bukanlah gempa biasa, sebagaimana sering terjadi di Jepang.
Berikut penuturannya...
Selama satu tahun tinggal di Jepang, saya sering merasakan gempa. Hampir setiap bulan, Jepang diguncang gempa. Oleh karenanya, saya mulai terbiasa oleh gempa sporadis yang berulangkali terjadi. Biasanya saya akan tetap diam dan menunggu hingga gempa berlalu. Warga Jepang juga terbiasa dengan gempa. Mereka selalu terlihat tenang, setiap gempa mengguncang.
Tapi, gempa kemarin (11/3) sungguh beda. Itu bukan gempa biasa.
Saat guncangan pertama terjadi, saya merasakan getaran yang hebat. Tak lama, lemari di ruang kerja saya jatuh terbalik dan buku-buku bertebaran. Saat itu saya sedang berada di kantor yang berlokasi di lantai 9 sebuah gedung di daerah Marunouchi, Tokyo.

Saya langsung berdiri dan bertanya pada rekan kantor yang warga Jepang. Mulanya mereka mengatakan untuk tenang, namun saat guncangan makin besar, mereka juga panik. Kalau warga Jepang sudah panik, artinya gempa ini serius. Ketika getaran semakin keras, kami bertahan di bawah meja dan melihat ruangan kantor porak poranda. Selain lemari, papan tulis, gantungan jaket, dan buku-buku, ambruk dan berhamburan ke lantai.
Getaran tidak berhenti namun justru bertambah kencang. Debu-debu mulai berjatuhan dari langit-langit ruang kerja. Saat itu, kami mulai panik. Namun di tengah kepanikan, saya kagum dengan kesigapan, standard operation procedure, dari pengelola gedung.
Saat guncangan pertama terjadi, pengeras suara langsung mengumumkan bahwa saat ini terjadi gempa yang cukup keras. Kita diminta untuk tetap bertahan di ruangan. Hal ini bagi saya agak berat, sebab sudah pernah beberapa kali merasakan gempa di gedung tinggi Jakarta. Dan yang dilakukan saat itu adalah, kita berhamburan keluar melalui pintu darurat. Namun hal itu justru dilarang di Jepang.
Peringatan mengatakan bahwa berada di luar gedung saat gempa justru lebih berbahaya. Kami diminta untuk bertahan di dalam. Gedung sudah dirancang untuk tahan gempa. Mudah memang mengatakannya, namun kalau anda berada pada posisi yang secara konsisten diguncang dan dibanting selama bermenit-menit, yang terbersit tentu pikiran untuk segera keluar dari gedung.
Selama hampir dua jam, guncangan tidak berhenti. Keras, reda, kemudian kembali dibanting-banting lagi. Bukan hanya gerakan dari kiri ke kanan, namun juga diguncang dari atas ke bawah. Kami bertahan di bawah meja saat guncangan terjadi.

Pegawai di kantor kami secara sigap langsung membagikan makanan, air minum, mempersiapkan senter dan peluit. Itu memang standar penanganan gempa di gedung-gedung tinggi Jepang. Saat pertama kali berkantor, saya juga sudah diingatkan untuk selalu menyediakan berbagai keperluan standar tersebut.
Saat guncangan semakin keras, pikiran saya tentu tertuju ke keluarga di rumah. Apalagi saat itu anak saya sedang berada di sekolah. Namun saya lebih tenang kalau anak di sekolah, karena sekolah di Jepang telah memiliki standar penanganan gempa, dan anak-anak sudah dilatih menghadapinya.
Anak saya diberikan perangkat gempa dari sekolah, berupa tutup kepala yang selalu harus dipasang di bangkunya setiap hari, baik saat terjadi maupun tidak terjadi gempa. Mereka juga dilatih bagaimana kalau terjadi gempa, ke mana harus berkumpul, dan bagaimana sekolah mengontak orang tua.
Pihak kelurahan juga telah memeringati tentang kemungkinan terjadinya gempa besar ini sejak tahun lalu. Mereka sudah antisipasi akan terjadi gempa besar, namun tidak dapat memastikan kedatangannya. Hal yang dilakukan adalah secara rutin berlatih menghadapi gempa. Di sekolah, di rumah, dan di perkantoran, kami dilatih untuk menghadapi gempa. Di setiap perumahan juga tersedia pengeras suara dan sirene yang menandakan gempa, serta apa yang perlu kita lakukan.
Berdasarkan kondisi tersebut, saya merasa lebih tenang akan kondisi keluarga.
Tiba-tiba, pengeras suara di gedung berbunyi kembali dan mengatakan bahwa seluruh lift dimatikan, para penghuni gedung diminta menjauh dari tempat berbahaya, jangan menyalakan api, dan tetap berada di ruangan. Diingatkan pula bahwa gempa susulan masih akan terus terjadi. Petugas-petugas gedung juga melakukan inspeksi ke setiap ruangan untuk memastikam keamanan gedung dan penghuninya.
Saya berada di gedung sekitar 4 jam hingga pengumuman mengatakan boleh keluar. Namun, saat berhasil keluar gedung, seluruh layanan kereta api dan bis kota dihentikan. Pemerintah kota mengambil langkah antisipatif demi keamanan penumpang. Penduduk Tokyo pun tumpah ruah di jalan, berdesakan di stasiun, karena tidak bisa pulang. Kebanyakan pekerja di Tokyo tinggal di luar kota dan menggunakan kereta api sebagai sarana transportasi mereka. Berhentinya kereta api, berarti terputusnya hubungan dengan rumah.
Karena udara musim dingin begitu menggigil, sekitar 5 derajat, dan jalan kaki tidak mungkin, maka sebagian mereka menginap di kantor. Akibatnya banyak convenience store (kombini) diserbu orang untuk sekedar mendapatkan roti atau onigiri (nasi kepal Jepang).
Hal menarik dari gempa di Jepang adalah perkara kesiapan pemerintah dan warganya dalam menghadapi bencana. Meski panik, mereka terlihat tenang dalam menyikapi bencana. Prosedur dan latihan bertahun-tahun membentuk ketenangan tersebut. Selain itu, budaya memikirkan orang juga patut dicontoh. Saat pulang semalam, meski jalanan padat oleh mobil, masyarakat menyerbu supermarket untuk makanan, warga mencari taksi untuk kembali pulang, mereka tetap melakukannya dengan tertib dan antri secara teratur. Di jalanan, meski macet total, tapi tidak terlihat ada yang menyerobot, bahkan menyalakan klakson.
Gempa dan bencana alam memang tak bisa ditolak. Korban juga tak dapat dihindari. Gempa saat ini adalah yang terbesar sepanjang sejarah gempa di Jepang. Namun mereka telah mempersiapkan kedatangan gempa ini jauh-jauh hari. Malang tentu tak dapat ditolak, tapi bagaimana kita menyikapi bencana tersebut menjadi penting. Dengan persiapan yang matang dan antisipasi yang baik, meski terdapat korban, jumlahnya bisa diminimalkan.
Bayangkan bila Jepang tidak mempersiapkan diri, termasuk mempersiapkan ketahanan bangunannya. Korbannya mungkin bukan hanya akibat tsunami, tapi ditambah dengan akibat reruntuhan bangunan.
Saat ini, gempa susulan masih terjadi beberapa kali. Mudah-mudahan keadaan bisa lebih baik di sini, dan kita bisa mengambil pelajaran. Mohon doanya dari rekan kompasianer.
Salam